Jurnal Mantap. Sebagai upaya pelestarian bahasa, sastra, dan aksara daerah serta sebagai implementasi Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2014. Kongres Bahasa Sunda digelar Kongres Bahasa Sunda X 2016. di Kabupaten Kuningan, mulai 30 November hingga 2 Desember 2016.
Kongres Bahasa Sunda X bertema “Merenahkeun Basa jeung Sastra Sunda di Balaréa” (menempatkan bahasa dan sastra Sunda pada khalayak) juga melibatkan para pengarang, seniman, dan diikuti guru bahasa Sunda se-Jawa Barat.
Tujuan Kongres Bahasa X adalah merumuskan, menggali, memelihara, dan mengembangkan bahasa daerah sebagai akar kebudayaan daerah, dan merencanakan pemikiran tentang bagaimana bahasa daerah bertahan dan berdampingan dan berkembang bersama bahasa lain dalam dunia global.
Kongres Basa Sunda X akan menghasilkan putusan, yaitu berupa rekomendasi mengenai langkah-langkah strategis dan praktis dalam mengembangkan bahasa dan sastra Sunda, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah, dam di lingkungan yang lebih luas yaitu di masyarakat.
Kongres Bahasa Sunda secara historis pertama kali diadakan era kolonial, di Bandung pada 12-14 Oktober 1924 dengan penyelenggara Java Institut yang dipimpin Prof Husen Djayadiningrat. Tiga tahun kemudian, September 1927 digelar lagi Kongres Bahasa Sunda di Bandung.
Setelah vakum, tahun 1952 Kongres Bahasa Sunda kembali digelar dengan salah satu putusannya mendirikan lembaga yang sekarang dikenal dengan nama LBSS. Sejak itulah, LBSS melanjutkan tradisi Kongres Basa Sunda, yaitu 1954, 1956, 1958, 1961, 1987, 1993, 2001, 2005, 2011 dan sekarang 2016 dengan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (red)